Selasa, 26 Agustus 2014
Senin, 04 Agustus 2014
Minggu, 03 Agustus 2014
Gereja St. Joan Don Bosco
Gereja ini dibangun pada masa kekuasaan kolonial Belanda. Nama St. Joan Don Bosco diambil dari nama seorang misionaris kebangsaan Belanda, pendiri sekaligus Pastur pertama. Rumah peribadatan umat Katolik ini berada dalam satu area dengan sekolah dan Rumah Sakit yang juga dibangun oleh kolonial, di kawasan pusat Kota Sampit. Seiring perjalanan waktu, Jemaah gereja terus bertambah, hingga melebihi kapasitas ruangan.
Masjid Jami
Vihara
Karakteristik arsitektur khas Pecinan nampak jelas pada bangunan tempat ibadat ini. Bentuk atap bertingkat menyerupai stupa dengan ornamen lengkungan lancip di setiap sudutnya. Dilengkapi lampu Tanglong/Lampion tergantung menghiasi plafon bangunan yang didominasi warna merah ini. Di depan pintu masuk, terdapat bangunan tanpa dinding mirip pendopo terbuka. Terdiri dari enam pilar penopang atap. Ukiran bermotif Naga terpajang di tiap pilar. Ditengah pendopo terdapat sebuah cawan besar dari kuningan sebagai wadah meletakan Hio serta buah-buahan. Disamping pendopo Sebuah Pagoda berdiri tegak menjulang. Aroma Hio (dupa) yang dibakar menambah Atmosfir religius di Rumah Ibadat Umat Budha ini.
Omah Joglo
Huma Betang
Huma Betang merupakan rumah adat suku Dayak di Kalimantan Tengah. Rumah panggung berbentuk memanjang ini dibangun menggunakan material Kayu Ulin (Kayu Besi). Kayu berwarna coklat gelap atau hitam memiliki struktur serat yang keras. Daya tahan yang kuat terhadap air serta tak mudah lapuk. sehingga mampu bertahan selama puluhan tahun. Atap rumah menggunakan Sirap. Kayu Ulin yang di potong tipis berbentuk memanjang. Disusun rapi bertumpang-tumpang dibagian atas rumah.
Filosofi gotong royong, Kebersamaan serta kerukunan dalam asas kekeluargaan mendasari hubungan sosial dan kehidupan para penghuni tempat tinggal yang biasanya ditempati oleh beberapa keluarga ini secara turun temurun.